7 Sep 2016

Hari Ini Lebih Buruk Dari Hari Kemarin




     Pagi hari yang cerah terdengar kicauan burung yang saling bersahutan dan berirama. Usai menyelesaikan mimpiku, kubuka mata perlahan-lahan. Yang pertama kulihat sebuah kalimat slogan yang kutempel di dinding kamar “Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin”. Ku baca dalam-dalam kalimat itu.Jam menunjukkan pukul 06.00 wib. Segera mungkin kubasuhkan tubuh ini dengan air dingin. Aroma pagi sangat terasa saat itu. Tak lama, kupersiapkan semua untuk mengawali hari ini. Ya, hari pertama aku bersekolah di SMA, sekolah baruku. Perlengkapan MOS siap ku jinjing hari ini. Dengan sejuta semangat dan kalimat slogan yang kukantongi rapi, aku siap berangkat sekolah.

     Cukup lama kukendarai sepeda motorku menuju sekolah. Sampai akhirnya ku telah berada di depan gerbang megah bertuliskan SMA Negeri 1 Pangkah. Saat ku masuki halaman sekolah, perasaan bangga dan senang mengalir deras dalam hati.

“Kini aku berdiri di sekolah ini” gumamku. Tanpa kusadari upacara MOS telah dimulai. Ku siapkan tenaga untuk berlari mengejar ketertinggalanku. Aku berhasil masuk kelas. Namun sayang, aku dipisahkan oleh teman-temanku. Ya aku terlambat! OMG! Ada empat anak yang terlambat hari itu termasuk aku. Ini awal yang buruk.

     Saat upacara MOS selesai, semua siswa segera masuk ke kelas mereka masing-masing kecuali aku. Aku dihukum bersama tiga anak yang belum aku kenal. Mengambil sampah daun ditengah lapangan menjadi santapan awal hari itu. Selesai juga akhirnya. Aku berlari menuju kelas. Kubaca papan bertulis “X.F” itu kelasku. Telah ada tiga orang kakak kelas yang mendampingi jalannya MOS. Kakiku melangkah pelan memasuki kelas. Seorang kakak kelas yang kuketahui bernama Fariz menyuruhku mengeluarkan perlengkapan MOS. Karena hanya aku yang belum. Namun tak kudapati tas coklatku berada dibangku tempat dudukku.

“Haa..! Tasku mana?” Aku kaget seraya mencari-cari tasku yg hilang.

“Kenapa Triya?” Tanya teman sebangkuku, Dian.

“Kamu liat tasku nggak?” Tanyaku cemas.

“Nggak. Emang kamu letakkan dimana?” Dian mulai membantu mencari tasku.

“Disini laah!” Jawabku mulai takut.

Aku mendengar suara langkah kaki menghampiriku. Ya, Kak Fariz telah berada didepanku.

“Cari apa? Mana perlengkapan MOS kamu?” Tanyanya dengan nada keras. Maklumlah kakak kelas MOS.

“Tasku hilang kak. Tadi aku letakkan disini. Tapi sekarang nggak ada”. Aku berusaha menjelaskan. Kini suasana kelas menjadi gadu. Semua teman-temanku berusaha mencari tasku yang hilang. Namun nihil, tasku tetap tidak ketemu. Lalu dimana? Aku mulai takut. Aku dibawa keluar oleh kedua kakak kelasku. Kak Fariz dan kak Amin.

“Coba kita cari diluar”. Kata kak Amin. Aku hanya mengangguk. Kami bertiga memasuki satu persatu kelas. Namun sayang tetap tak ada hasil.

Kelas XH, ini kelas terakhir yang belum kami masuki. Kaki kami pun melangkah memasuki kelas itu. Dan mulai mencari tas berwarna coklat.

“Ini tas kamu bukan?” Kak Amin menunjukkan coklat ke arahku. Spontan darahku mengalir deras.

“Iya kak!” Teriakku yakin. Kedua kakak kelas itu menggelengkan kepala.

“Kok bisa ya tasmu sampai ke kelas XH”. Kata kak Fariz sambil tersenyum melirikku. Aku cengengesan. Perasaan malu menyelimutiku. Tadi pagi aku sangat gugup sampai-sampai aku salah masuk kelas. Maklumlah, aku bingung dengan sederetan kelas yang begitu banyak. Akhirnya kujalani hari ini dengan perasaan yang bercampur aduk.

     Saat bel pulang berbunyi, aku langsung pulang ke rumah. Ku jatuhkan diriku di atas kasur yang empuk. Dengan masih berseragam sekolah. Kulirik kalimat slogan yang kubaca pagi tadi. Kutatap tajam slogan itu. Aku beranjak bangun dan merobek kalimat slogan itu. Robekan-robekan kalimat slogan berhamburan dilantai kamar. Hatikku berjanji bahwa “Aku tak akan lagi salah membaca”.

Ya, inilah pengalamanku saat pertama masuk ke SMA.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar