Pagi hari yang cerah terdengar
kicauan burung yang saling bersahutan dan berirama. Usai menyelesaikan mimpiku,
kubuka mata perlahan-lahan. Yang pertama kulihat sebuah kalimat slogan yang
kutempel di dinding kamar “Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin”. Ku
baca dalam-dalam kalimat itu.Jam menunjukkan pukul 06.00 wib.
Segera
mungkin kubasuhkan tubuh ini dengan air dingin. Aroma pagi sangat terasa saat
itu. Tak lama, kupersiapkan semua untuk mengawali hari ini. Ya, hari pertama
aku bersekolah di SMA, sekolah baruku. Perlengkapan MOS siap ku jinjing hari
ini. Dengan sejuta semangat dan kalimat slogan yang kukantongi rapi, aku siap
berangkat sekolah.
Cukup
lama kukendarai sepeda motorku menuju sekolah. Sampai akhirnya ku telah berada
di depan gerbang megah bertuliskan SMA Negeri 1 Pangkah. Saat ku masuki halaman
sekolah, perasaan bangga dan senang mengalir deras dalam hati.
“Kini aku berdiri di sekolah ini”
gumamku. Tanpa kusadari upacara MOS telah dimulai. Ku siapkan tenaga untuk
berlari mengejar ketertinggalanku. Aku berhasil masuk kelas. Namun sayang, aku
dipisahkan oleh teman-temanku. Ya aku terlambat! OMG! Ada empat anak yang
terlambat hari itu termasuk aku. Ini awal yang buruk.
Saat
upacara MOS selesai, semua siswa segera masuk ke kelas mereka masing-masing
kecuali aku. Aku dihukum bersama tiga anak yang belum aku kenal. Mengambil
sampah daun ditengah lapangan menjadi santapan awal hari itu. Selesai juga
akhirnya. Aku berlari menuju kelas. Kubaca papan bertulis “X.F” itu kelasku.
Telah ada tiga orang kakak kelas yang mendampingi jalannya MOS. Kakiku
melangkah pelan memasuki kelas. Seorang kakak kelas yang kuketahui bernama
Fariz menyuruhku mengeluarkan perlengkapan MOS. Karena hanya aku yang belum.
Namun tak kudapati tas coklatku berada dibangku tempat dudukku.
“Haa..! Tasku mana?” Aku kaget
seraya mencari-cari tasku yg hilang.
“Kenapa Triya?” Tanya teman
sebangkuku, Dian.
“Kamu liat tasku nggak?” Tanyaku
cemas.
“Nggak. Emang kamu letakkan
dimana?” Dian mulai membantu mencari tasku.
“Disini laah!” Jawabku mulai
takut.
Aku mendengar suara langkah kaki
menghampiriku. Ya, Kak Fariz telah berada didepanku.
“Cari apa? Mana perlengkapan MOS
kamu?” Tanyanya dengan nada keras. Maklumlah kakak kelas MOS.
“Tasku hilang kak. Tadi aku
letakkan disini. Tapi sekarang nggak ada”. Aku berusaha menjelaskan. Kini
suasana kelas menjadi gadu. Semua teman-temanku berusaha mencari tasku yang
hilang. Namun nihil, tasku tetap tidak ketemu. Lalu dimana? Aku mulai takut.
Aku dibawa keluar oleh kedua kakak kelasku. Kak Fariz dan kak Amin.
“Coba kita cari diluar”. Kata kak
Amin. Aku hanya mengangguk. Kami bertiga memasuki satu persatu kelas. Namun
sayang tetap tak ada hasil.
Kelas XH, ini kelas terakhir yang
belum kami masuki. Kaki kami pun melangkah memasuki kelas itu. Dan mulai
mencari tas berwarna coklat.
“Ini tas kamu bukan?” Kak Amin
menunjukkan coklat ke arahku. Spontan darahku mengalir deras.
“Iya kak!” Teriakku yakin. Kedua
kakak kelas itu menggelengkan kepala.
“Kok bisa ya tasmu sampai ke
kelas XH”. Kata kak Fariz sambil tersenyum melirikku. Aku cengengesan. Perasaan
malu menyelimutiku. Tadi pagi aku sangat gugup sampai-sampai aku salah masuk
kelas. Maklumlah, aku bingung dengan sederetan kelas yang begitu banyak.
Akhirnya kujalani hari ini dengan perasaan yang bercampur aduk.
Saat
bel pulang berbunyi, aku langsung pulang ke rumah. Ku jatuhkan diriku di atas
kasur yang empuk. Dengan masih berseragam sekolah. Kulirik kalimat slogan yang
kubaca pagi tadi. Kutatap tajam slogan itu. Aku beranjak bangun dan merobek
kalimat slogan itu. Robekan-robekan kalimat slogan berhamburan dilantai kamar.
Hatikku berjanji bahwa “Aku tak akan lagi salah membaca”.
Ya, inilah
pengalamanku saat pertama masuk ke SMA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar