Pasang Surut Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan ekonomi bisa dibilang sebagai indikator berhasil atau tidaknya suatu pemerintahan dalam menjalankan, mengelola, dan membangun negara. Meskipun, ada banyak faktor baik di dalam negeri maupun di tataran global yang menjadi faktor penentu.

Berikut rekam jejak dan pasang surut perekonomian di Indonesia dari masa kepemimpinan presiden yang pertama yaitu Soekarno sama masa kepemimpinan Joko Widodo.

Sumber foto : Pinterest

1.       Presiden Soekarno (1945 – 1967)

Memang sedikit agak sulit untuk menemukan rekam jejak yang tepat untuk kondisi ekonomi Indonesia pada saat itu karena berbagai data dan juga riset statistic juga menunjukkan data yang berbeda. Namun kita masih bisa menyimak data-data berikut yang dianggap paling fasih dan paling banyak digunakan sebagai tolak ukur dari statistik perekonomian pada saat itu dimana total  PDB (Produk Domestik Bruto) sebesar Rp. 360 Miliar dengan pertumbuhan ekonominya dimulai dengan angka 5,74%. Namun sayangnya di akhir era kepemimpinan Soekarno turun menjadi -2,24%. Inflasi sempat berada di angka 600% yang merupakan kondisi high per inflasi yang pada saat itu terjadi kerena sistem perekonomian masih belum stabil dan masih belum mampu melihat secara keseluruhan bagaimana wajah perekonomian Indonesia.

Utang pemerintah disini yang merupakan warisan dari utang Hindia-Belanda sebelumnya sudah sebesar Rp. 2,3 miliar juga dikarenakan rasio utang yang belum diperhitungkan pada saat itu. Nilai  rupiah masih berada di angka Rp. 1 per USD tentunya karena Indonesia masih belum berada di era perdagangan bebas.

2.       Presiden Soeharto (1967 – 1998)

Kondisi perekonomian Indonesia pada saat kepemimpinan presiden Soeharto yakni 32 tahun masa kepemimpinannya memiliki total PDB sebesar Rp. 955,63 Triliun hal ini dikarenakan  lamanya masa jabatan beliau dan juga kondisi ekonomi yang sudah berubah. Pertumbuhan ekonomi sempat dimulai dari angka 10,92% tapi sayangnya harus surut menjadi -13,13%. Angka inflasi pada saat itu mencapai 80% yang mengakibatkan nilai rupiah yang awalnya Rp. 2000 menjadi Rp. 16.500 per USD.  Utang pemerintah sebesar Rp.551,4 Triliun  dan rasio utang sudah mulai berada di lampu kuning yaitu sebesar 57,7% karena saat itu rasio utang sudah ditentukan baiknya berada diangka 60%.

3.       B.J. Habibie (1998 – 1999)

Meskipun beliau hanya memimpin kurang lebih 17 bulan, tetapi kondisi high per inflasi yang sebelumnya berada di angka 80% berhasil ditekan sampai diangka 2%. Ini merupakan era transisi ekonomi yang pada saat itu dijalankan oleh BJ. Habibie. Beliau juga mampu mengubah nilai rupiah terhadap USD dari Rp. 16.650 per USD menjadi Rp. 7000 per USD. Rasio hutang tetap berada naik disana dari 57% menjadi 85,4% dengan total PDB sebesar Rp. 1099 triliun.

4.       Abdurrahman Wakhid (1999 – 2001)

Pertumbuhan ekonomi masa kepemimpinan presiden yang akrab di panggil Gusdur ini berhasil menaikkan total PDB sebar Rp. 1491 triliun dimana pertumbuhan ekonomi pada saat itu diawali dari angka 4,92% namun mengalami penurunan sampai angka 3,64%. Dan nilai rupiah menyentuh angka Rp.15.000 walaupun rasio hutang berhasil ditekan sedikit ke angka 77,2% namun hutang pemerintah mencapai Rp. 1271,4 triliun serta pada masa kepemimpinannya inflasi naik kembali sampai 12,6%.

5.       Megawati Soekarno Putri (2001 – 2004)

Pada masa kepemimpinan Megawati, beliau berhasil melipatgandakan total PDB yaitu sebesar Rp. 2303 triliun dan pertumbuhan ekonominya yang awalnya hanya 4,5% naik menjadi 5,03%. Inflasi pada saat itu mencapai 6,5%. Utang pemerintah kembali berhasil ditekan yaitu sebesar Rp. 1298 triliun dimana  angka rasio mencapai angka 56,5%. Nilai rupiah terhadap USD mencapai Rp. 8.500 per USD hingga Rp.10.200 per USD.

6.       Susilo Bambang Yudhoyono (2004 – 2014)

Pertumbuhan ekonomi selama 10 tahun masa kepemimpinan presiden yang biasa kita memnaggilnya SBY juga berhasil melipatgandakan nilai PDB sebesar Rp.10.542 triliun yakni 3-4 kali lipat. Pertumbuhan ekonomi sempat berada diangka 6,49% namun sayangnya diakhir masa kepemimpinannya pertumbuhan ekonomi rentan berada di angka 4,63%. Inflasi meningkat 17%. Utang pemerintah juga meningkat sebesar Rp. 2609 triliun akan tetapi rasio hutangnya menurun karena meningkatnya total PDB. Dan nilai rupiah berada diangka Rp.9000 per USD hingga Rp.12.000 per USD.

7.       Joko Widodo (2014 – sekarang)

Pertumbuhan ekonomi pada masa kepemimpinan Joko widodo yang baru kemarin dilantik kembali menjadi presiden untuk kedua kalinya. Dimana nilai PDB tidak cukup berbeda dengan PDB di era SBY yaitu sebesar Rp. 13.588 triliun dan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini berada diangka 5,1%. Inflasi berhasil ditekan diangka 3% . Dan hutang pemerintah meningkat yaitu sebesar Rp. 5485 triliun tetapi rasio hutang berada di angka 36,8% . Nilai rupiah diharapkan tetap berada di angka Rp.11.000 hingga Rp.15.000. Namun kita masih belum bisa menilai bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk lima tahun ke depan. Diharapkan kondisi ekonomi bisa jauh lebih baik lagi.