28 Agu 2017

Jeda





  Saatnya telah tiba untuk berhenti sejenak, jeda. Apa kau tak lelah harus berlari terus? Apa kau tak menyadari ada kau lupakan? Apa kau yakin langkahmu sudah benar?
  Tak apa-apa, takkan lari gunung dikejar. Berjedalah dalam larimu sebab jeda akan memberimu ruang untuk memeriksa kembali setiap langkah yang telah kau tempuh apa yang salah, apa yang benar, apa yang perlu dihentikan dan dilanjutkan, tapi bukan untuk kembali ke langkah sebelumnya. Jeda memberimu kesempatan untuk menemukan makna terdalam dari sebuah perjalanan. Tentang kemana seharusnya melangkah, dan apa yang sebenarnya aku kejar.
  Di tengah kesendirian dalam jeda, ada sunyi yang membuatmu tenggelam dalam jiwa, dan disanalah kau akan menemukan pertanyaan di sudut-sudut ruang kesendirian. Dalam hidup apa yang kau cari? Lalu mengapa kau harus jeda? Kenapa tidak berhenti saja? Barangkali kau akan bertanya seperti itu.
Hey, dengarkan ini baik-baik. Bagi para petualang mereka tak mengenal yang namanya “stop”, berhenti berarti tunduk pada kekalahan, mundur berarti  menyerah pada masa depan. Itu sebabnya mereka hanya berjeda. Istirahatlah sebentar untuk kemudian melanjutkan perjalanan, kembali mengakrabi waktu.
  Kita tak seperti bumi yang terus berputar, tak berjeda. Kita hanya manusia biasa yang perlu ruang untuk menyendiri. Berjedalah, berilah ruang bagi jiwa untuk “hidup”. Istirahatlah sambil sesekali meneguk kopi susu, teh dingin, atau apa saja yang membuatmu kembali menguat melanjutkan langkah.
  Berjedalah, lihat orang-orang disekitarmu yang dibakar oleh ambisi, tak pernah jeda. Mereka pada akhirnya tersungkur oleh hawa nafsu. Berjedalah, temukan Tuhan di dalam hatimu yang telah lama kau lupakan di tengah kesibukanmu. Dialah sesungguhnya yang kita cari dalam hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar