Saatnya telah tiba untuk berhenti sejenak, jeda. Apa
kau tak lelah harus berlari terus? Apa kau tak menyadari ada kau lupakan? Apa
kau yakin langkahmu sudah benar?
Tak apa-apa, takkan lari gunung dikejar. Berjedalah
dalam larimu sebab jeda akan memberimu ruang untuk memeriksa kembali setiap
langkah yang telah kau tempuh apa yang salah, apa yang benar, apa yang perlu
dihentikan dan dilanjutkan, tapi bukan untuk kembali ke langkah sebelumnya.
Jeda memberimu kesempatan untuk menemukan makna terdalam dari sebuah
perjalanan. Tentang kemana seharusnya melangkah, dan apa yang sebenarnya aku
kejar.
Di tengah kesendirian dalam jeda, ada sunyi yang
membuatmu tenggelam dalam jiwa, dan disanalah kau akan menemukan pertanyaan di
sudut-sudut ruang kesendirian. Dalam hidup apa yang kau cari? Lalu mengapa kau
harus jeda? Kenapa tidak berhenti saja? Barangkali kau akan bertanya seperti
itu.
Hey, dengarkan ini baik-baik. Bagi para petualang
mereka tak mengenal yang namanya “stop”, berhenti berarti tunduk pada
kekalahan, mundur berarti menyerah pada
masa depan. Itu sebabnya mereka hanya berjeda. Istirahatlah sebentar untuk
kemudian melanjutkan perjalanan, kembali mengakrabi waktu.
Kita tak seperti bumi yang terus berputar, tak berjeda.
Kita hanya manusia biasa yang perlu ruang untuk menyendiri. Berjedalah, berilah
ruang bagi jiwa untuk “hidup”. Istirahatlah sambil sesekali meneguk kopi susu, teh
dingin, atau apa saja yang membuatmu kembali menguat melanjutkan langkah.
Berjedalah, lihat orang-orang disekitarmu yang dibakar
oleh ambisi, tak pernah jeda. Mereka pada akhirnya tersungkur oleh hawa nafsu.
Berjedalah, temukan Tuhan di dalam hatimu yang telah lama kau lupakan di tengah
kesibukanmu. Dialah sesungguhnya yang kita cari dalam hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar