26 Agu 2017

Ragam Wastra Nusantara




  Indonesia sangat kaya akan karya seni dan budaya. Salah satunya adalah wastra (dari bahasa Sansekerta) atau biasa disebut kain tradisional. Kekayaan budaya Indonesia banyak sekali melahirkan kain tradisional yang sarat makna. Keragaman kain tadisional Indonesia tidak hanya diperkaya oleh motif dan teknik pembuatannya, tetapi juga makna filosofis yang terkandung didalamnya. Setiap corak dari kain tadisional dipengaruhi oleh adat istiadat dan budaya setempat. Hal ini berfungsi sebagai media pembelajaran tentang bagaimana memaknai kehidupan.

  Kain tradisional Indonesia ada banyak jenis dan corak. Semuanya tersebar di 33 provinsi. Berikut ini beberapa ulasan mengenai keragaman jenis kain tadisional yang ada di Indonesia.

  • Kain Batik
  Siapa yang tidak tahu batik. Batik adalah karya seni yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Batik merupakan kain khas masyarakat Jawa. Ada jenis kain batik berdasarkan daerah asal pembuatannya diantaranya batik Jogja, batik pekalongan, batik Cirebon, batik Banyumas, batik Tegal, batik Jepara (batik Kartini), dan lainnya. Sedangkan berdasarkan corak, ada batik Kraton, batik Sudagaran, batik Cuwiri, batik Pringgondani, batik Sekar Jagad, batik Sida Asih, dan masih banyak lagi. Warisan budaya ini telah diakui oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Cultural Heritage of Humanity atau Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Benda.

  Kata batik berasal dari bahasa Jawa yaitu “amba” yang artinya menulis dan “titik” yang artinya matik atau membuat titik. Teknik pembuatan batik dibuat di atas bahan berwarna putih yang dinamakan kain mori. Selain itu batik juga bisa dilukis di atas bahan seperti sutera, rayon, dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin atau malam yang menggunakan alat bernama canting. Menurut teknik pembuatannya batik terdiri dari batik tulis, batik cap, dan batik lukis. Batik merupakan waisan nenek moyang masyarakat Jawa yang masih ada sampai dewasa ini. 

Batik Jogja (sumber:Google)
Batik Pekalongan (sumber:Google)
Batik Tegal (sumber:Google)



  
  •  Kain Ulos
  Kain ulos adalah kain tradisional yang secara turun-temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera Utara. Dalam tradisi masyarakat disana kain ulos dipakai dalam berbagai peristiwa penting diantaranya acara pernikahan, kelahiran, dan dukacita. Menurut pemikiran nenek moyang masyarakat Batak ada tiga hal yang dapat member mereka kehidupan yaitu darah, nafas, dan kehangatan. Dan sumber kehangatan yang mereka yakini yaitu matahari, api, dan ulos. Jenis kain ulos diantaranya ulos Antakantak, ulos Bintang Maratur, ulos Bolean, ulos Mangiring, ulos Pinuncaan, ulos Ragi Hotang, ulos Tumtuman, dan masih banyak jenis lainnya. Beberapa jenis ulos ada yang sudah punah karena tidak diproduksi lagi antara lain ulos Raja, ulos Gobar, ulos Saput, ulos Sibolang, dan ulos Ragi Botik.

  Kain ulos didominasi oleh warna merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenun dari benang emas maupun perak. Teknik pembuatannya dengan menggunakan alat tenun bukan mesin. Membuat kain ulos harus melalui proses yang panjang mulai dari memintal, menggulung, membentuk, dan menenun. Bahan yang digunakan merupakan kain yang terbuat dari kapas. Ulos menjadi barang yang sangat penting dan dibutuhkan semua orang kapanpun dan dimanapun. Penggunaan kain ulos pun tak bisa sembarangan, ada aturan adat yang dituangkan jika akan menggunakan kain ulos ini. 


Kain Ulos (sumber:Google)


  • Kain Gringsing

  Kata gringsing berasal dari gring yang berarti “sakit’ dan sing yang berarti “tidak” atau bisa diartikan “tidak sakit” atau sebagai “penolak bala”. Oleh masyarakat Bali khususnya Desa Tenganan, kain ini dipakai untuk berbagai acara seperti upacara potong gigi, pernikahan, dan upacara keagamain lain. Kain gringsing merupakan satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat dengan menggunakan teknik double ikat dan memerlukan waktu yang lumayan lama yaitu 2,5 tahun dan dikerjakan dengan tangan.

  Jaman dahulu jenis kain gringsing berjumlah sekitar 20 jenis. Namun hingga tahun 2010 yang masih dikerjakan kurang lebih sekitar 14 jenis saja. Beberapa jenis kain gringsing tersebut diantaranya Lubeng, Sanan Empeg, Cecempakaan, Cemplong, Gringsing Isi, Wayang, dan Batun Tuung. Beberapa motif kuno kain gringsing antara lain Teteledan, Enjekan Siap, Pepare, Gegonggangan, Sitan Pegat, Dinding Ai, Dinding Sigading, dan Talidandan. Berdasarkan mitos, adanya kain gringsing berawal dari Dewa Indra, yaitu pelindung dan guru kehidupan bagi masyarakat Tenganan. 
Kain Gringsing (sumber:Google)


  • Tenun Dayak

  Tenun Dayak merupakan kain tradisional khas masyarakat Kalimantan. Pada jaman dahulu selesai berladang para wanita Dayak akan mengisi waktu luangnya untuk menenun. Proses pembuatan tenun dayak yaitu dengan menggunakan alat yang disebut gedok. Memakan waktu hingga berbulan-buan untuk menyelesaikan satu buah tenun dayak ini. Teknik pewarnaannya menggunakan bahan pewarna alami.

  Kain tenun dayak memiliki motif flora dan fauna dari alam sekitar mereka. Motif tersebut sangat khas dengan masyarakat Kalimantan. Beberapa kain tenun dayak antara lain Kebat, yang memiliki motif asimetrisatau motif alam, lalu ada Sidan yang memiliki warna terang dan cerah, dan Sungket yang memiliki motif garis besar dan tegas. Ketiga jenis kain tersebut biasa dipakai oleh suku Dayak Iban di Kalimantan Barat. Jenis kain ini sangat diminati oleh wisatawan mancanegara.
Tenun Dayak (sumber:Google)


  • Tenun Ikat

  Merupakan karya masyarakat Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pokan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Alat tenun yang dipakai adalah alat tenun bukan mesin. Kita dapat menjumpai tenun ikat di daerah-daerah seperti Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor. Jenis kain tenun ikat antara lain tenun ikat NTT dari Timor, tenun ikat Troso dari Jepara, tenun ikat Lombok dari Lombok, dan kain tenun Sumbawa dari Sumbawa. Tenun ikat dapat dijadikan sebagai pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis mebel, dan penghias interior rumah.

Tenun Ikat (sumber:Google)


  • Kain Songket

  Songket merupakan kain tenun tradisional Melayu dan Minangkabau. Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia yang artinya “mengait” atau “mencungkil”. Karena memang dalam proses pembuatannya yaitu mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, lalu menyelipkan benang emas. Dalam prosesnya  harus melalui delapan tahapan sebelum akhirnya menjadi sepotong kain. Alat tenun yang digunakan juga masih tradisional.

  Ada banyak macam-macam motif kain songket diantaranya Saik Kalamai, Buah Palo, Berantai Putiah, Berantai Merah, Tampuak Manggih, Berante, Bungo Intan, Lepus Pulis, Nampan Perak, Limar Beranti, Berante Berakam dan masih banyak lagi. Beberapa motif songket tradisional ada yang sudah dipatenkan oleh pemerintah dan terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

  Sejak jaman dahulu hingga sekarang, kain songket merupakan pilihan busana paling diminati dan popular digunakan pada acara adat perkawinan Melayu, Palembang, Minangkabau, Aceh, dan Bali. Pusat kerajinan songket dapat kita temui di daerah Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok, dan Sumbawa. Selain itu kawasan pengrajin kain songket juga ada di Malaysia tepatnya di pesisir timur Semenanjung Malaya khususnya industri rumahan di pinggiran kota Bahru, Kelantan, dan Terengganu.


Songket Bali (sumber:Google)
Songket Palembang (sumber:Google)


  • Kain Sasirangan

  Kain sasirangan merupakan kain adat suku Banjar, Kalimantan Selatan. Kata “sasirangan” berasal dari kata “sirang” yang artinya “diikat” atau “dijahit” dengan tangan dan ditarik benangnya (dijelujur). Teknik pembuatannya melalui proses pewarnaan rintang dengan menggunakan bahan perintang seperti tali, benang atau sejenisnya. Motif dalam kain sasirangan didapat dari teknik-teknik jahitan dan ikatan yang ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu warna dan efek yang timbul dari jenis benang atau bahan itu sendiri.

  Beberapa motif sasirangan antara lain ada Iris Pudak, Kambang Kacang, Bayam Raja, Kulat Karikit, Ombak Sinapur Karang, Bintang Bahambur, Sari Gading, Kulit Kayu, Naga Balimbur, Turun Dayang, Daun Jaruju, dan sebagainya. Semua motif kain sasirangan tersebut telah diakui oleh pemerintah melalui Dirjen HAKI Departemen Hukum dan HAM RI. Hal itu merupakan salah satu upaya melindungi budaya khas Banjar, Kalimantan Selatan. Pusat pembuatan kain sasirangan berada di Kampung Sasirangan, kecamatan Banjarmasin Tengah.

Kain Sasirangan (sumber:Google)


  • Kain Besurek

  Kata berusek diambil dari bahasa Melayu yang memiliki arti “bersurat” atau “bertuliskan”. Kain ini merupakan kain adat yang berasal dari Bengkulu. Motif kain berusek sangat khas bertuliskan huruf arab (kaligrafi) dengan perpaduan bunga rafflesia. Hal ini karena dipengaruhi oleh unsur kebudayaan islam dan yang membuat kain berusek berbeda dengan batik Jawa. Beberapa motif kain berusek selain motif kaligrafi dan rafflesia juga ada motif burung kuau, motif relung kaku, dan motif rembulan. Proses pembuatan kain berusek tidak berbeda dengan pembuatan batik Jawa.

  Kain berusek tetap berkembang dan dilestarikan keberadaannya seperti mewajibkan pelajar sekolah dasar hingga menengah atas sebagai seragam wajib mereka. Selain itu batik berusek juga dijadikan pakaian wajib bagi Pegawai Negeri Sipil di wilayah provinsi Bengkulu sejak tahun 1990. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya pemerintah daerah dalam mengembangkan dan melestarikan kain batim berusek. 

Kain Besurek (sumber:Google)


  • Kain Sutra Bugis

  Kain tadisional ini berasal dari Sulawesi Selatan. Kain sutra bugis ditenun dari benang yang dihasilkan dari ulat sutra atau masyarakat setempat menyebutnya dengan kokon. Kain ini awalnya hanya digunakan untuk padanan dengan pakaian tradisional Sulawesi Selatan yaitu baju bodo. Perbedaan motif kotak-kotak yang dimiliki kain sutra bugis mengandung arti yang berbeda-beda pula.

  Motif kotak kecil dan berwarna cerah bernama Ballo Renni biasa dipakai oleh wanita yang belum menikah. Sedangkan motif kotak berukuran besar dengan warna merah terang atau keemasan bernama Balo Lobang yang biasanya dipakai pria yang belum menikah.

Kain Sutra Bugis (sumber:Google)


  • Kain Tapis

  Kain tapis adalah salah satu kain tradisional Indonesia yang berasal dari Lampung. Kain ii merupakan pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak, atau benang emas dengan teknik sulam.  Umumnya kain tapis bermotif zigzag, piramida, flora, dan fauna. Ada banyak jenis kain antara lain ada Cucuk Andak, Jinggu, Pucuk Rebung, Linau, Jung Sarat, Cucuk Sutero, Balak, Lawet Andak, Kaco, Serdadu Baris, dan sebagainya.

  Proses pembuata kain tapis menggunakan peralatan seperti sesang, mattakh, terikan (alat menggulung benang), cacap, belida, kusuran, apik, guyun, ijan atau peneken, sekeli, terupong atau teropong, amben, dan tekang. Kain tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Kain Tapis (sumber:Google)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar