Indonesia sangat kaya akan
karya seni dan budaya. Salah satunya adalah wastra (dari bahasa Sansekerta)
atau biasa disebut kain tradisional. Kekayaan budaya Indonesia banyak sekali
melahirkan kain tradisional yang sarat makna. Keragaman kain tadisional
Indonesia tidak hanya diperkaya oleh motif dan teknik pembuatannya, tetapi juga
makna filosofis yang terkandung didalamnya. Setiap corak dari kain tadisional
dipengaruhi oleh adat istiadat dan budaya setempat. Hal ini berfungsi sebagai
media pembelajaran tentang bagaimana memaknai kehidupan.
Kain tradisional Indonesia
ada banyak jenis dan corak. Semuanya tersebar di 33 provinsi. Berikut ini
beberapa ulasan mengenai keragaman jenis kain tadisional yang ada di Indonesia.
- Kain Batik
Siapa yang tidak tahu
batik. Batik adalah karya seni yang memiliki nilai seni tinggi dan telah
menjadi bagian dari budaya Indonesia. Batik merupakan kain khas masyarakat
Jawa. Ada jenis kain batik berdasarkan daerah asal pembuatannya diantaranya
batik Jogja, batik pekalongan, batik Cirebon, batik Banyumas, batik Tegal,
batik Jepara (batik Kartini), dan lainnya. Sedangkan berdasarkan corak, ada
batik Kraton, batik Sudagaran, batik Cuwiri, batik Pringgondani, batik Sekar
Jagad, batik Sida Asih, dan masih banyak lagi. Warisan budaya ini telah diakui
oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece
of Oral and Intangible Cultural Heritage of Humanity atau Warisan Kemanusiaan
untuk Budaya Lisan dan Non Benda.
Kata batik berasal dari
bahasa Jawa yaitu “amba” yang artinya menulis dan “titik” yang artinya matik
atau membuat titik. Teknik pembuatan batik dibuat di atas bahan berwarna putih
yang dinamakan kain mori. Selain itu batik juga bisa dilukis di atas bahan
seperti sutera, rayon, dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan
cairan lilin atau malam yang menggunakan alat bernama canting. Menurut teknik
pembuatannya batik terdiri dari batik tulis, batik cap, dan batik lukis. Batik
merupakan waisan nenek moyang masyarakat Jawa yang masih ada sampai dewasa ini.
![]() |
Batik Jogja (sumber:Google) |
- Kain Ulos
Kain ulos didominasi oleh
warna merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenun dari benang emas
maupun perak. Teknik pembuatannya dengan menggunakan alat tenun bukan mesin.
Membuat kain ulos harus melalui proses yang panjang mulai dari memintal,
menggulung, membentuk, dan menenun. Bahan yang digunakan merupakan kain yang
terbuat dari kapas. Ulos menjadi barang yang sangat penting dan dibutuhkan
semua orang kapanpun dan dimanapun. Penggunaan kain ulos pun tak bisa
sembarangan, ada aturan adat yang dituangkan jika akan menggunakan kain ulos
ini.
- Kain Gringsing
Kata gringsing berasal
dari gring yang berarti “sakit’ dan sing yang berarti “tidak” atau bisa
diartikan “tidak sakit” atau sebagai “penolak bala”. Oleh masyarakat Bali
khususnya Desa Tenganan, kain ini dipakai untuk berbagai acara seperti upacara
potong gigi, pernikahan, dan upacara keagamain lain. Kain gringsing merupakan
satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat dengan menggunakan
teknik double ikat dan memerlukan waktu yang lumayan lama yaitu 2,5 tahun dan
dikerjakan dengan tangan.
Jaman dahulu jenis kain
gringsing berjumlah sekitar 20 jenis. Namun hingga tahun 2010 yang masih
dikerjakan kurang lebih sekitar 14 jenis saja. Beberapa jenis kain gringsing
tersebut diantaranya Lubeng, Sanan Empeg, Cecempakaan, Cemplong, Gringsing Isi,
Wayang, dan Batun Tuung. Beberapa motif kuno kain gringsing antara lain
Teteledan, Enjekan Siap, Pepare, Gegonggangan, Sitan Pegat, Dinding Ai, Dinding
Sigading, dan Talidandan. Berdasarkan mitos, adanya kain gringsing berawal dari
Dewa Indra, yaitu pelindung dan guru kehidupan bagi masyarakat Tenganan.
- Tenun Dayak
Tenun Dayak merupakan kain
tradisional khas masyarakat Kalimantan. Pada jaman dahulu selesai berladang
para wanita Dayak akan mengisi waktu luangnya untuk menenun. Proses pembuatan
tenun dayak yaitu dengan menggunakan alat yang disebut gedok. Memakan waktu
hingga berbulan-buan untuk menyelesaikan satu buah tenun dayak ini. Teknik
pewarnaannya menggunakan bahan pewarna alami.
Kain tenun dayak memiliki
motif flora dan fauna dari alam sekitar mereka. Motif tersebut sangat khas
dengan masyarakat Kalimantan. Beberapa kain tenun dayak antara lain Kebat, yang
memiliki motif asimetrisatau motif alam, lalu ada Sidan yang memiliki warna
terang dan cerah, dan Sungket yang memiliki motif garis besar dan tegas. Ketiga
jenis kain tersebut biasa dipakai oleh suku Dayak Iban di Kalimantan Barat.
Jenis kain ini sangat diminati oleh wisatawan mancanegara.
- Tenun Ikat
Merupakan karya masyarakat
Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pokan atau benang
lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Alat
tenun yang dipakai adalah alat tenun bukan mesin. Kita dapat menjumpai tenun
ikat di daerah-daerah seperti Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa,
Sumba, Flores, dan Timor. Jenis kain tenun ikat antara lain tenun ikat NTT dari
Timor, tenun ikat Troso dari Jepara, tenun ikat Lombok dari Lombok, dan kain
tenun Sumbawa dari Sumbawa. Tenun ikat dapat dijadikan sebagai pakaian dan
perlengkapan busana, kain pelapis mebel, dan penghias interior rumah.
- Kain Songket
Songket merupakan kain
tenun tradisional Melayu dan Minangkabau. Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa
Indonesia yang artinya “mengait” atau “mencungkil”. Karena memang dalam proses
pembuatannya yaitu mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, lalu
menyelipkan benang emas. Dalam prosesnya
harus melalui delapan tahapan sebelum akhirnya menjadi sepotong kain.
Alat tenun yang digunakan juga masih tradisional.
Ada banyak macam-macam
motif kain songket diantaranya Saik Kalamai, Buah Palo, Berantai Putiah,
Berantai Merah, Tampuak Manggih, Berante, Bungo Intan, Lepus Pulis, Nampan
Perak, Limar Beranti, Berante Berakam dan masih banyak lagi. Beberapa motif songket
tradisional ada yang sudah dipatenkan oleh pemerintah dan terdaftar di
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
Sejak jaman dahulu hingga
sekarang, kain songket merupakan pilihan busana paling diminati dan popular digunakan
pada acara adat perkawinan Melayu, Palembang, Minangkabau, Aceh, dan Bali.
Pusat kerajinan songket dapat kita temui di daerah Sumatera, Kalimantan, Bali,
Sulawesi, Lombok, dan Sumbawa. Selain itu kawasan pengrajin kain songket juga
ada di Malaysia tepatnya di pesisir timur Semenanjung Malaya khususnya industri
rumahan di pinggiran kota Bahru, Kelantan, dan Terengganu.
- Kain Sasirangan
Kain sasirangan merupakan kain
adat suku Banjar, Kalimantan Selatan. Kata “sasirangan” berasal dari kata “sirang”
yang artinya “diikat” atau “dijahit” dengan tangan dan ditarik benangnya
(dijelujur). Teknik pembuatannya melalui proses pewarnaan rintang dengan
menggunakan bahan perintang seperti tali, benang atau sejenisnya. Motif dalam
kain sasirangan didapat dari teknik-teknik jahitan dan ikatan yang ditentukan
oleh beberapa faktor, yaitu warna dan efek yang timbul dari jenis benang atau
bahan itu sendiri.
Beberapa motif sasirangan
antara lain ada Iris Pudak, Kambang Kacang, Bayam Raja, Kulat Karikit, Ombak
Sinapur Karang, Bintang Bahambur, Sari Gading, Kulit Kayu, Naga Balimbur, Turun
Dayang, Daun Jaruju, dan sebagainya. Semua motif kain sasirangan tersebut telah
diakui oleh pemerintah melalui Dirjen HAKI Departemen Hukum dan HAM RI. Hal itu
merupakan salah satu upaya melindungi budaya khas Banjar, Kalimantan Selatan.
Pusat pembuatan kain sasirangan berada di Kampung Sasirangan, kecamatan
Banjarmasin Tengah.
- Kain Besurek
Kata berusek diambil dari
bahasa Melayu yang memiliki arti “bersurat” atau “bertuliskan”. Kain ini
merupakan kain adat yang berasal dari Bengkulu. Motif kain berusek sangat khas
bertuliskan huruf arab (kaligrafi) dengan perpaduan bunga rafflesia. Hal ini
karena dipengaruhi oleh unsur kebudayaan islam dan yang membuat kain berusek
berbeda dengan batik Jawa. Beberapa motif kain berusek selain motif kaligrafi
dan rafflesia juga ada motif burung kuau, motif relung kaku, dan motif
rembulan. Proses pembuatan kain berusek tidak berbeda dengan pembuatan batik
Jawa.
Kain berusek tetap
berkembang dan dilestarikan keberadaannya seperti mewajibkan pelajar sekolah
dasar hingga menengah atas sebagai seragam wajib mereka. Selain itu batik
berusek juga dijadikan pakaian wajib bagi Pegawai Negeri Sipil di wilayah
provinsi Bengkulu sejak tahun 1990. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya pemerintah
daerah dalam mengembangkan dan melestarikan kain batim berusek.
- Kain Sutra Bugis
Kain tadisional ini
berasal dari Sulawesi Selatan. Kain sutra bugis ditenun dari benang yang
dihasilkan dari ulat sutra atau masyarakat setempat menyebutnya dengan kokon.
Kain ini awalnya hanya digunakan untuk padanan dengan pakaian tradisional
Sulawesi Selatan yaitu baju bodo. Perbedaan motif kotak-kotak yang dimiliki
kain sutra bugis mengandung arti yang berbeda-beda pula.
Motif kotak kecil dan
berwarna cerah bernama Ballo Renni biasa dipakai oleh wanita yang belum
menikah. Sedangkan motif kotak berukuran besar dengan warna merah terang atau keemasan
bernama Balo Lobang yang biasanya dipakai pria yang belum menikah.
- Kain Tapis
Kain tapis adalah salah
satu kain tradisional Indonesia yang berasal dari Lampung. Kain ii merupakan
pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun kapas
dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak, atau benang emas dengan teknik
sulam. Umumnya kain tapis bermotif
zigzag, piramida, flora, dan fauna. Ada banyak jenis kain antara lain ada Cucuk
Andak, Jinggu, Pucuk Rebung, Linau, Jung Sarat, Cucuk Sutero, Balak, Lawet
Andak, Kaco, Serdadu Baris, dan sebagainya.
Proses pembuata kain tapis
menggunakan peralatan seperti sesang, mattakh, terikan (alat menggulung
benang), cacap, belida, kusuran, apik, guyun, ijan atau peneken, sekeli,
terupong atau teropong, amben, dan tekang. Kain tapis saat ini diproduksi oleh
pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
![]() |
Kain Tapis (sumber:Google) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar